Senin, 30 April 2012

JANTUNG BUATAN TOTAL


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun silam. Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti. Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.
Mungkin tak ada intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung. Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel kanan, telah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi. Di Amerika Serikat pembedahan serupa yang sukses, jugs penutupan luka tusuk, dilakukan di tahun 1902. Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan duktus paten di tahun 1937 dan 1938, dan reseksi koarktasi aorta pada tahun 1944. Era baru tandur pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan jantung adalah teknik pintasan jantung-paru. Pertama kali digunakan dengan berhasil pada manusia di tahun 1951. Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan menggunakan pintasan jantung paru. Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass graft) dan perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
2.     RUMUSAN MASALAH
1.     Apa yang dimaksud dengan pintasan jantung paru?
2.     Apakah yang dimaksud dengan jantung buatan total?
3.     Bagaimanakah cara pemasangan  jantung buatan total?
4.     Sebutkan macam-macam pembedahan jantung!
5.     Sebutkan alat bantu mekanis dan jantung buatan!

3.      TUJUAN
a.      Tujuan Khusus
Memberikan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa/i mengenai penatalaksanaan bedah jantung, terutama bedah jantung total.
b.   Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan pembaca, khususnya mahasiswa/i mengatahui penatalaksanaan Pasien Bedah Jantung antara lain:
1.     Mengetahui Pintasan Jantung Paru.
2.     Mengetahui pengertian dan tujuan jantung buatan total
3.     Mengetahui macam-macam Pembedahan Jantung.
4.     Mengetahui alat bantu mekanis dan jantung buatan.

4.      MANFAAT
Agar kita sebagai calon perawat bisa mengetahui mengenai penatalaksanaan pasien bedah jantung terkait dengan seseorang yang mengalami gangguan pada jantung serta penggunaan jantung buatan total, sehingga kita dapat mengetahui bagaiamana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami masalah-masalah jantung khususnya pasca atau post operasi pada pasien bedah jantung.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      PINTASAN JANTUNG PARU 

Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya pintasan jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat “memintas” jantung dan paru. Mesin jantung-panu memungkinkan dicapainya medan openasi yang bebas darah Sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan, vena kava, atau vena femoralis untuk mengeringkan darah dari tubuh. Kanula kemudian dihubungkan ke tabung yang berisi larutan kristaloid isotonik (biasanya dekstrosa 5% dalam larutan Ringer laktat). Darah vena yang terambil dari tubuh dan kanula tadi disaring, dioksigenasi, didinginkan atau dihangatkan. dan kemudian dikembalikan ke tubuh. Kanula yang diper gunakan uniuk mengembalikan darah teroksigenasi biasanya dimasukkan ke aorta asendens, tapi bisa jugs dimasukkan ke arteri femoralis.
Meskipun pintasan jantung-paru merupakan teknik yang biasa pada pembedahan jantung, namun sebenarna sangat kompleks. Pasien memerlukan antikoagulan dengan heparin untuk rnencegah pembentukan trombus dan kemungkinan embolisasi yang dapat terjadi ketika danah berhubungan dengan permukaan asing sirkuit pintasan jantung-paru dan dipompakan ke tubuh dengan pompa mekanis (bukan pembuluh darah dan jantung normal) Setelah dibebaskan dari mesin pintasan, pasien diberikan protamin sullal untiuk menangkal efek heparin.
Selama dilakukannya prosedur ini, tubuh dijaga agar selalu dalam keadaan hipotermia, biasanya 28°C sampai 32°C(82,4°F sampai 89,6°F). Darah didinginkan selama pintasan jantung paru dan dikembalikan ke tubuh. Darah yang didinginkan tersebut akan menurunkan kecepatan metabolisme basal, sehingga kebutuhan akan oksigen juga berkurang. Darah yang dingin biasanya mempunyai kekentalan yang tinggi, namun larutan kristaloid yang digunakan untuk mengisi tabung akan mengencerkan darah tadi Ketika prosedur pembedahan telah selesai, darah dihangatkan kembali di dalam sirkuit pintasan jantung-paru.
Haluaran urin, tekanan darah, gas darah arteri, elektrolit, uji pembekuan darah, dan elektrokardiograrn (EKG) semuanya dipakai untuk memantau status pasien selama pintasan jantung-paru. Masih banyak hal yang harus dipelajari mengenai pintasan jantung paru. Ada berbagai sirkuit pintasan dan mekanisme pemompaan yang digunakan pada masa kini. Sampai saat ini masih terus diusahakan agar pasien bisa lebih lama berada dalam mesin pintasan jantung-paru dengan lebih aman. Penelitian terus dilakukan untuk memperbaiki mesin pintasan jantung paru untuk mencegah atau meminimalkan masalah-masalah berikut: hemolisis, peningkatan permeabilitas memhran kapiler dan kehilangan elektrolit, hipoksia dan anoksia jaringan, pembentukan trombus atau emboli. diseksi jantung dan pembuluh danah, meningkatnya ketekolamin dan hormon antidiuretik (ADH), dan respons inflamasi sistemik yang merupakan komplikasi prosedur itu.
2.    JANTUNG BUATAN

Jantung buatan adalah protesi untuk menggantikan fungsi jantung biologis. Jantung buatan tersusun atas pintasan jantung paru yang bekerja di luar tubuh manusia Dengan implantasi itu sebenarnya jantung terpisah. Sebelumnya diperlukan operasi tran plantasi jantung.
Pemasangan jantung buatan telah menarik perhatian dunia sejak akhir tahun 1950-an. Semenjak itu banyak terjadi kemajuan sehingga jantung buatan secara klinis dapat dipakai manusia. Cooley menggunakan jantung buatan di Texas pada tahun 1969 untuk menunjang sirkulasi sebelum transpiantasi. Implantasi permanen jantung buatan total dilakukan pertama kali pada tahun 1982 untuk drg. Barney Clark di University of Utah.. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut untuk memperbaiki daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung, Paru, dan Darah Nasional (National Heart, Lung, and Blood Institute, NHLBI) dan Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health, NIH) telah menyediakan pendanaan untuk jantungbuatan elektromekanik permanen tanpa kabel. Institut jantung Texas dan 3-M dan Penn Statet Abiomed turut berpartisipasi dalam eksperimen fase II. Tujuan keseluruhan pemasangan ini adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan sistem transmisi energi listrik transkutaneus (transcutaneous electrical energy transmission systems, TEETS) dengan baterai portabel.
3.    MACAM-MACAM BEDAH JANTUNG
A.  Transplantasi


Transplantasi dari manusia ke manusia, pertama kali dilakukan di tahun 1967. sejak itu prosedur, peralatan dan pengobatan transplantasi terus dikembangkan. Di tahun 1983, sikosporin sudah tersedia untuk penggunaan umum. Siklosporin adalah imunosupresan yang menekan dengan kuat kemampuan tubuh menolak protein asing seperti, organ yang ditransplansikan. Sayangnya siklosporin juga menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga harus diperoleh keseimbangan yang sangat baik antara penekanan penolakan dan pencegahan infeksi. Sejak tersedianya siklosporin di tahun 1983, transplantasi jantung telah menjadi terapi pilihan bagi pasien dengan penyakit jantung tahap akhir.
Pasien biasanya memiliki gejala sangat berat yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan, tidak ada pilihan pembedahan lain dan prognosis hidupnya kurang dari 12 bulan. Pasien diseleksi oleh suatu tim multidisipliner sebelum dinyatakan sebagai kandidat transplantasi jantung.
Untuk dianggap calon  yang tepat bagi transplantasi jantung pasien harus menderita penyakit jan tung terminal yang tidak dapat diterapi  dengan lainnya disertai kurang dari 10 % kemungkin an bertahan hidup 6 bulan. Dalam seri stanfot 46 % pasien demekian telah menderita penyakit jantung iskemik lanjut dan 45% akibat kardiomiopatik idiopatik. Normalnya hanya pasien berusia 55 tahun atau orang yang dipilih hanya sedikit anak yang telah menjalani trransplantasi jantung, tetapai mereka tidak perlu disingkirkan, seperti dibuktikan oleh transpalant yang berhasil belakangan ini yang dilakukan pada anak yang berusia 2 tahun. Harus ada fungsi normal dan disfungsi rifersibel pada hati dan ginjal serta tanpa bukti inversi aktif, infark paru belakangan ini, diabetes yang memerlukan insulin, tahanan vaskuler pulmonalis lebih dari 8 satuan wood atau penyakit sistemik lain apapun yang akan membatasi pemulihan atau kelangsungan jangka lama. Sangat penting evaluasi psikologi dan social penerima potensial untuk memastikan bahwa meraka mempunyai sumber keuangan pribadi dan keluarga untuk menjalani stres oprasi yang hebat serta memerlukan pengawasan intensif yang lama.
Cangkok jantung bisa terjadi untuk keseluruhan organ jantung (cangkok total) atau bisa juga hanya sebagian organ saja (cangkok parsial).
Syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendonor adalah memiliki jantung yang sehat, dalam arti tidak ada kebocoran katup, peredaran pembuluh darahnya lancar dan tidak merokok serta memiliki data-data riwayat penyakit (medical record) yang lengkap.
Umur pasien, status paru, kondisi kesehatan kronis lain, infeksi, riwayat transplantasi, penyesuaian dan status kesehatan terakhir digunakan untuk mengevaluasi pasien untuk transplantasi.
Transplantasi jantung dianggap sebagai usaha terakhir untuk mengatasi untuk mengatasi penyakit jantung tahap akhir yang refrakter terhadap pengobatan konvensional dan pembedahan. Gagal jantung kelas III dan IV memiliki harapan hidup kurang dan satu tahun. Dua penyebab tersering memburuknya miokardium adalah kardiomiopati kongestif dan penyakit koroner lanjut. Penyakit-penyakit ini merupakan 80%-90% alas an dilakukarmya transplàntasi jantung.

Ø   Indikasi transplantasi yang paling sering adalah:
a.     Kardiomiopati
b.     Penyakit jantung iskemik
c.     Penyakit jantung congenital
d.     Penyakit katup dan
e.     Penolakan transplantasi jantung sebelumnya.

Kardiomiopati adalah penyakit otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya. Kunci yang membedakan kardiomiopati dan kelainan jantung lain adalah adanya penyakit mendasari yang hanya menyerang miokardium ventrikel namun tidak menyerang struktur miokardium lain seperti katup atau arteria koronaria. Kardiomiopati dikelompokkan menurut tiga jenis kelainan struktur dan fungsi, yaitu kongestif (dilatasi), restriktif atau obliteratif, dan hipertrofi.
a.     Kongestif (dilatasi)
Kardiomiopati kongestif ditandai dengan dilatasi nyata dan ventrikel yang hipodinamik. Dapat teijadi hipertrofi miokardium yang lebih ringan. Ventrikel yang hipodinamik berkontraksi secara buruk, menyebabkan gagal ke depan dan ke belakang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Perlu dicatat bahwa keempat ruang jantung mengalami dilatasi sekunder akibat bertambahnya volume dan tekanan. Seringkali terbentuk trombus dalam ruang-ruang ini akibat darah yang mengumpul dan stasis; sehingga terancam terjadi emboli. Biasanya awitan penyakit tidak jelas; tetapi dapat berkembang menjadi gagal jantung tahap akhir yang refrakter. Prognosis gagal jantung refrakter sangat buruk dan dapat menyebabkan dipertimbangkarmya transplantasi jantung. Penyebab pasti kardiomiopati kongestif masih belum diketahui; namun diperkirakan disebabkan faktorautoimun dan virus. Penyebab multifaktorial mungkin merupakan penjelasan yang lebih memuaskan.
b.     Hipertrofi
Kardiomiopati hipertrofik, berlawanan dengari kardiomiopati kongestif, ditandai oleh jantung yang hipertrofi dan hiperdinamik. Bertambahnya massa otot tidak disertai dilatasi miokardium bermakna. Diduga terdapat dasar genetika.
c.     Restriktif atau Obliteratif
Kardiomiopati restriktif mencerminkan gangguan pengisian ventrikel akibat berkurangnya daya regang ventrikel. Fibrosis endokardium atau miokardium dapat mengakibatkan restriksi pengisian. Restriksi mengurangi ukuran rongga; berkembangnya kardiomiopati ke bentuk restriksi rongga yang lebih berat dikenal sebagai kardiomiopati obliteratif Meskipun kardiomiopati hipertrofik dan restriktif dapat mengakibatkan gagal jantung, kardiomiopati kongestif merupakan penyebab tersering dilakukannya transpiantasi jantung.

B.   Jenis Transplantasi :
a)     Transplan Ortotopik
Transplantasi ortotropik adalah prosedur yang paling sering dilakukan Sebagian atrium resipien (termasuk vena kava dan vena pulmonalis) ditinggalkan ditempatnya semula; sisa jantung kandidat diangkat dari mediastinum. Jantung donor yang biasanya telah diawetkan dalam es disiapkan untuk diimplantasikan dengan memotong sebagian kecil atrium yang sesuai dengan bagian jantung resipien yang ditinggalkan.
Jantung donor diimplantasikan dengan menjahitkan ke jaringan atria yang tersisa dari jantung asli resipien. Arteri pulmonalis dan Aorta kemudian dianastomose dan disambung.
b)     Transplan Heterotopik
Jantung donor diletakkan disebelah kanan dan sedikit ke anterior jantung resipien; jantung resipien tidak diangkat. Pada mulanya diperkirakan bahwa jantung asli masih bias melindungi pasien bila jantung transplant ditolak. Namun meskipun efek melindungi tersebut ternyata tidak terbukti, masi ada alasan untuk tetap mempertahankan jantung asli, yaitu apabila jantung donor kecil, waktu iskemik yang terlalu lama bagi jantung donor, atau bila jantung donor sudah sangat berkurang fungsinya namun tetap harus digunakan dalam keadaan darurat.
Jantung transpalant tidak mempunyai hubungan persarafan dengan badan resifien ( jantung denerfasi ) jadi syaraf simpatis dan fagus tidak mempengaruhi jantung transpalant. Frekuensi jantung transplant pada saat istirahat sekitar 70 sampai 90 denyutan permenit, namun akan meningkat secara bertahap bila ada katekolamin dalam darah. Pasien harus secara bertahap meningkatkan dan menurunkan latihan ( waktu pemanasan dan pendinginan harus lebih lama ), biasanya diperlukan waktu 20 sampai 30 menit untuk mencapai frekuensi jantung yang diinginkan. Atropine tidak akan meningkatkan kecepatan jantung pada pasien.
1)     Hal- hal yang harus diperhatikan
a)     Kriteria Seleksi
Resipien transplantasi jantung yang memenuhi kriteria seleksi menjalani pemeriksaan klinis dan psikologis yang terperinci. Dengan semakin luasnya penerapan prosedur ini, keputusssan untuk menentukan siapa yang berhak menjalani ttansplantasi jantung menjadi semakin kontroversial. Tersedianya donor tetap merupakan faktor pembatas. Akibatnya, begitu diputuskan untuk melakukan transplantasi, maka timbul masalah dalam menentukan prioritas antara satu dengan yang lain. Penentuan yang lebih sulit lagi adalah untuk menentukan prioritas di antara pasien pengguna VADs dan jantung buatan sebagai jembatan untuk dilakukannya transplantasi. Umumnya, faktor-faktor yang dapat menimbulkan komplikasi setelah operasi atau memengaruhi kelangsungan hidup jangka panjang harus disingkirkan. Faktor-faktor ini mencakup penyakit atau infeksi sistemik aktif, hipertensi pulmonalis dengan resistensi vaskular paru yang menetap (lebih dan 4 satuan Wood), emboli atau infark paru, ulkus peptikum yang aktif, diabetes melitus bergantung insulin dengan penyakit sekunder pada organ lain, gagal ginjal atau hati yang ireversibel, peminum alkohol atau pecandu obat-obatan. Hal-hal yang tidak nyata, seperti motivasi untuk melakukan rehabilitasi, dukungan keluarga, dan keadaan psikologis, juga harus dipertimbangkan.
Dengan makin luasnya penggantian oleh asuransi, masalah keuangan pribadi menjadi semakin kurang berarti untuk proses seleksi. Apabila diidentifikasi tidak terdapat kontraindikasi, maka dapat dimulai proses pencarian donor. Donor potensial biasanya adalah korban kecelakaan usia muda yang tidak mengalami kerusakan jantung atau penyakit jantung yang jelas dan tidak ada infeksi sistemik. Pencocokan jaringan donor terhadap resipien meliputi pencocokan sistem ABO. Pencocokan berat tubuh yang sesuai juga penting untuk dilakukan; 20% perbedaan berat tubuh dianggap masih dapat diterima.
b)     Penolakan dan Infeksi
Tantangan terbesar dalam transplantasi adalah penanganan reaksi penolakan. Usaha tubuh untuk menolak jaringan asing merupakan proses biologis yang mendasar. Penemuan sikiosporin dan antibodi monoklonal telah banyak memperbaiki kelangsungan hidup setelah transplantasi. Terapi imunosupresif dengan sikiosporin dapat dimulai sebelum operasi. Terapi imunosupresif tiga obat dengan azatioprin, siklosporin, dan steroid diberikan terus menerus setelah operasi. Pemantauan imunologis akan tanda tanda penolakan dilakukan dengan ketat. Biopsi endomiokardium tramsvenosa adalah penentu pasti (standar emas) untuk deteksi dan diagnosis penolakan. Biopsi dilakukan dalam selang waktu tertentu dan sesuai indikasi. (Metode non-invasif untuk mendeteksi reaksi penolakan, seperti MRI dan ekokardiografi, masih diteliti) Teknik biopsi endomiokardium meliputi pemasangan kateter biopsi (atau bioptome) melalui vena jugularis dekstra atau vena subklavia ke dalam ventrikel kanan untuk mengambil beberapa bagian endokardium untuk analisis. Selanjutnya terapi imunosupresif dapat disesuaikan berdasarkan hasil biopsi. Antitimosit globulin (ATG), antilimfosit globulin (ALG), atau antibodi-antibodi monoklonal OKT3 dapat ditambahkan untuk menangani reaksi penolakan. Selain reaksi penolakan, juga merupakan masalah serius akibat terapi imunosupresif. Infeksi merupakan penyebab utama kematian dalam tahun pertama setelah transplantasi. Untuk itu dilakukan pencegahan dan tindakan terapeutik yang tepat.
c)     Perjalanan Pascaoperasi.
Pasien transplantasi jantung harus tetap dijaga dalam keseimbangan antara risiko penolakan dan risiko infeksi. Mereka harus mcmaluhi aturan kompleks tentang diit, obat-obatan, aktivitas, pemeriksaan laboratorium. biopsi (untuk mendiagnosa penolakan) dan kunjungan ke klinik. Pasien sering diberi siklosporin dan kortikosteroid untuk meminirnalkan penolakan. Selain penolakan dan infeksi, komplikasi dapat mencakup percepatan terjadinya arteriosklerosis arteri koroner; hipertensi dan hipotensi; gangguan sistern saraf pusat, pernapasan, dan gastrointestinal (UI); gagal ginjal; dan respons terhadap stres psikososial akibat tran.splantasi organ. Pasien transplantasi jantung dengan angka bertahan hidup 1 tahun sekitar 80% sampai 90% dan angka bertahan hidup 5 tahun sekitar 60% sarnpai 70%.
4.    PEMBEDAHAN TRAUMA DAN TUMOR JANTUNG
A.  Eksisi tumor
Tumor jantung cukup jarang. Tumor primer terjadi kurang dan 1% pada populasi; tumor metastatik dilaporkan terjadi 1,5% sampai 35% pada pasien onkologi. Tumor bisa menjadi tempat pembentukan trombus sehingga menciptakan risiko emboli. Disritmia dapat terjadi bila mengenai miokardium atau sistem hantaran. Kebanyakan tumor jantung adalah jinak.
          Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau katup. Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor epikardial, yang dapat dieksisi tanpa memasuki jantung dan tanpa menghentikan denyutan jantung. Akibat lokasinya, eksisi tumor mungkin perlu diikuti penggantian katup. penambalan jantung, atau implantasi pacu jantung. Asuhan keperawatan sama dengan yang diberikan pada pembedahan jantung lain.
B.   Perbaikan pada tumor
          Pasien yang memerlukan pembedahan akibat trauma antung bisa akibat pukulan tumpul, luka tembak, atau luka tusuk. Perbaikannya tentu saja pada katup dan septum bila penyebabnya trauma tumpul, dan pada dinding atrium atau ventrikel bila penyebabnya luka tembus. Dilakukan debridemen luka dan ditutup secara bedah bila mungkin, namun perbaikan katup dan penggantlan atau tambalan tandur pada septum dan dinding atrium aau ventrikel mungkin diperlukan. Pembedahan di sini biasanya merupakan prosedur darurat, sehingga risiko komplikasi akibat cedera ataupun pembedahan sangat tinggi.
5.    ALAT BANTU MEKANIS DAN JANTUNG BUATAN TOTAL
Penggunaan pintasan jantung-paru pada pembedahan jantung dan kemungkinan dilakukan transplantasi jamung pada penyakit jantung stadium akhir telah rneningkatkan kebutuhan akan alat bantu jantung. Pasien yang tak mampu dilepas dan pintasan jantung paru atau pasien yang sedang berada dalarn syok kardiogenik dapat memperoleh keuntungan dari periode bantuan jantung mekanis. Alat yang paling sering digunakan adalah pompa balon ultra aorta (IABP - intra-aortic baloon pump). IABP nsengurangi kerja jantung selama kontraksi, namun tidak menyerupai kinerja jantung yang sebenarnya.
Alat dengan kinerja yang menyerupai sebagian atau scmua fungsi pemompaan untuk jantung juga sedang dikembangkan. Alat bantu ventrikel yang lebih canggih ini dapat mensirkulasi darah tiap menit seperti yang dilakukan jantung. Tiap alat bantu ventrikel digunakan untuk masing-mnasilig ventrikel. Saat ini yang paling sering digunakan adalah pompa sentrifugal. Banyak alat dorong pneumatis yang digunakan, dan basil klinisnya cukup menianjikan. Beberapa alat bantu ventrikel dapat dikombinasikan dengan oxvgenalor-ex!racorporeal membrane oxygenation (ECMO). Alat bantu kombinasi ventrikuler-oksigenator digunakan pada pasien yang jantungnya tak dapat memompa darah secara adekuat ke paru atau tubuhnya.
Jantung buatan total dirancang untuk mengganti kedua ventrikel. Jantung pasien harus diangkat untuk nmemasang jantung buatan total tadi. Semua alat-alat tadi masih dalam taraf ekspenimental. Janvik-7 telah mengalami keberhasilan jangka pendek, tetapi hasil jangka panjangnya cukup mengecewakan. Kebanyakan peneliti jantung buatan total berharap dapat mengembangkan alat yang dapat dipasang secara permanen dan yang akan dapat menggantikan kebutuhan transplantasi jantung donor manusia untuk penanganan penyakit jantung stadium akhir.
Alat bantu ventrikel dari jantung buatan total sekarang sedang digunakan sebagai penanganan temporer. sementara pasien menunggu jantungnya sendiri sembuh atau sampai tersedia jantung donor yang sesuai untuk ditransplantasi. Kelainan pembekuan darah, perdarahan, trombus, emboli, hemolisis, infeksi, dan kegagalan mekanis adalah beberapa komplikasi jantung buatan total dan alat bantu ventrikel. Asuhan keperawatan untuk pasien ini ditujukan tidak hanya pada pengkajian dan meminimalkan komplikasi tersebut. tetapi juga melibatkan dukungan emosi dan penyuluhan mengenai alat bantu mekanis itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan, vena kava, atau vena femoralis untuk mengeringkan darah dari tubuh. Kanula kemudian dihubungkan ke tabung yang berisi larutan kristaloid isotonik (biasanya dekstrosa 5% dalam larutan Ringer laktat).
Transplantasi jantung dianggap sebagai uaha terakhir untuk mengatasi untuk mengatasi penyakit jantung tahap akhir yang refrakter terhadap pengobatankonvensional dan pembedahan. Gagal jantung kelas III dan IV memiliki harapan hidup kurang dan satu tahun. Dua penyebab tersering memburuknya miokardium adalah kardiomiopati kongestif dan penyakit koroner lanjut. Penyakit-penyakit ini merupakan 80%-90% alasan dilakukpiarmya transplàntasi jantung.
Alat bantu ventrikel dari jantung buatan total sekarang sedang digunakan sebagai penanganan temporer. sementara pasien menunggu jantungnya sendiri sembuh atau sampai tersedia jantung donor yang sesuai untuk ditransplantasi. Kelainan pembekuan darah, perdarahan, trombus, emboli, hemolisis, infeksi, dan kegagalan mekanis adalah beberapa komplikasi jantung buatan total dan alat bantu ventrikel. Asuhan keperawatan untuk pasien ini ditujukan tidak hanya pada pengkajian dan meminimalkan komplikasi tersebut. tetapi juga melibatkan dukungan emosi dan penyuluhan mengenai alat bantu mekanis itu sendiri.
B.   SARAN
Walaupun kita bukan ahli bedah, khususnya ahli bedah jantung tapi dengan mengetahui penatalaksanaan pasien bedah jantung kita dapat termotivasi untuk memberikan pelayanan kesehaatan dengan semaksimal mungkin, terutama asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah atau post operasi, khususnya bedah jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer S.C dan Bare Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth(Ed. 8 Vol 2). EGC: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar