BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan
mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan.
Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan
sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata
pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak
lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya.
Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup
tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain
disebut “gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial.
Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang
kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal
sebagai mahluk yang berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan,
sekaligus apat berperan karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada
dalam diri manusia yaitu :
1.
Menyatu dengan manusia lain yang berbeda
disekelilingnya
2.
Menyatu dengan suasana dalam sekelilingnya
Kesemua itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan manusia terhadap
alam yang kadang kejam dan ramah kepada mereka. Manusia itu pada hakekatnya
adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon
Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi.
Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia,
kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat.
Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau
organisasi sosial yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui konsep individu, keluarga dan masyarakat.
2.
Menjelaskan pengertian individu, keluarga dan
masyarakat.
3.
Mengetahui fungsi, struktur, ciri dan tahap individu,
keluarga dan masyarakat.
4.
Menjelaskan hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat.
C.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari individu, keluarga dan masyarakat ?
2.
Bagaimana konsep individu, keluarga dan masyarakat ?
3.
Bagaimana hubungan antara individu, keluarga dan
masyarakat ?
4.
Bagaimana peran perawat dalam individu, keluarga dan
masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INDIVIDU
Individu berasal dari kata latin “individuum”
artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat
digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata
individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.
Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat
manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola
tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah
laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khsa didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu
kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena
tingkah laku yang ditampilkannya hamper identik dengan tingkah laku masa.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai
peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesame manusia.
Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang
khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun
setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah
lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga
bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya
individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya aatau dengan kata lain proses
aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di
dalam lingkungan sosialnya,malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai
persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu
aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku
menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma
kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan
ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yng
menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan
memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan
kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu
yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan
lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan
menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi
penghambat proses pembentukan pribadi.
Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh tiga
aspek yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dalam
perkembangannya menjadi ‘manusia’, sebagaimana diistilahkan oleh Dick Hartoko,
individu tersebut menjalani sejumlah bentuk sosialisasi. Sosialisasi inilah
yang membantu individu mengembangkan ketiga aspeknya tersebut.
B.
KELUARGA
1. DEFINISI KELUARGA
a.
Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
b.
Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
c.
Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
d.
Burges (1963)
Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang
berorientasi kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :
- Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.
- Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
- Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.
- Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
e.
Sub Dit Kes.
Mas Dep. Kes RI (1983)
Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang
hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya
tidak selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka
hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan
makan dari satu periuk.
f.
Whall (1986)
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih
individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau
tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke
dalam satu keluarga.
g.
Silvicion G.
Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
h.
Friedman (1988)
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat
dalam Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
Dapat
disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
- Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
- Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
- Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
- Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. STRUKTUR KELUARGA
- Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
- Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
- Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
- Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
- Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
- Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
- Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
- Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
4. CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA
- Suami sebagai pengambil keputusan
- Merupakan suatu kesatuan yang utuh
- Berbentuk monogram
- Bertanggung jawab
- Pengambil keputusan
- Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
- Ikatan kekeluargaan sangat erat
- Mempunyai semangat gotong-royong
5. MACAM-MACAM STRUKTUR / TIPE / BENTUK KELUARGA
a. Tradisional :
- The nuclear family (keluarga inti); Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
- The dyad family; Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
- Keluarga usila; Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
- The childless family; Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
- The extended family (keluarga luas/besar); Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
- The single-parent family (keluarga duda/janda); Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
- Commuter family; Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
- Multigenerational family; Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
- Kin-network family; Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
- Blended family; Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
- The single adult living alone / single-adult family; Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati.
b. Non-Tradisional :
- The unmarried teenage mother; Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
- The stepparent family; Keluarga dengan orangtua tiri.
- Commune family; Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
- The nonmarital heterosexual cohabiting family; Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
- Gay and lesbian families; Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
- Cohabitating couple; Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
- Group-marriage family; Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
- Group network family; Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
- Foster family; Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
- Homeless family; Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
- Gang; Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
6. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1.
Peranan ayah :
Ayah sebagai
suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.
Peranan ibu :
Sebagai
istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3.
Peranan anak :
Anak-anak
melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. FUNGSI KELUARGA
1.
Fungsi biologis :
a.
Meneruskan keturunan
b.
Memelihara dan membesarkan anak
c.
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d.
Memelihara dan merawat anggota keluarga
2.
Fungsi Psikologis :
a.
Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b.
Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c.
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d.
Memberikan identitas keluarga
3.
Fungsi sosialisasi :
a.
Membina sosialisasi pada anak
b.
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak
c.
Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4.
Fungsi ekonomi :
a.
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b.
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5.
Fungsi pendidikan :
a.
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6.
Fungsi
perawatan kesehatan
Fungsi
keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
8. TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN
KELUARGA
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 1990:
1.
Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga
baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga
masing-masing :
a.
Membina hubungan intim yang memuaskan
b.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
social
c.
Mendiskusikan rencana memiliki anak
2.
Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang
menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan
berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a.
Persiapan menjadi orang tua
b.
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
c.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3.
Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini
dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia
5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b.
Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
d.
Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e.
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
(tahap yang paling repot)
f.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g.
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak
4.
Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini
dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a.
Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan
lingkungan
b.
Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5.
Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada
saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga
ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b.
Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
6.
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini
dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :
a.
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b.
Mempertahankan keintiman pasangan
c.
Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
d.
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e.
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7.
Keluarga usia pertengahan
Tahap ini
dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a.
Mempertahankan kesehatan
b.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
c.
Meningkatkan keakraban pasangan
8.
Keluarga usia lanjut
Tahap
terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal
:
a.
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b.
Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
c.
Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d.
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
e.
Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
9.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
KELUARGA MENURUT UU NO.10
Dengan disyahkannya UU nomor 10 tahun 1992 tentang Pembangunan Keluarga
Sejahtera, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi untuk bersama-sama
membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera. Dalam UU itu
keluarga sejahtera didefinisikan sebagai: "keluarga sejahtera" adalah keluarga
yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Komitmen dalam UU itu diterjemahkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah nomor 21 tahun 1994 yang secara terperinci menempatkan keluarga
sebagai agen atau pelaku pembangunan lengkap dengan delapan fungsi utamanya
sebagai berikut:
- Fungsi keagamaan,
- Fungsi budaya,
- Fungsi cinta kasih,
- Fungsi perlindungan,
- Fungsi reproduksi,
- Fungsi sosialisasi dan pendidikan,
- Fungsi ekonomi,
- Dan fungsi pemeliharaan lingkungan.
Dengan delapan fungsi utamanya itu keluarga berkembang atau dibantu untuk
berkembang menjadi keluarga yang modern, maju, profesional, berkualitas dan
mandiri serta mampu mengembangkan dirinya sendiri, anak-anaknya, dan dalam
kaitan keluarga yang lebih luas, ikut mengembangkan masyarakat dan bangsanya.
Secara khusus keluarga dikembangkan menjadi wahana pembangunan bangsa.
Pada awal tahun 1970-an, pengembangan keluarga pada tahapan awal mulai
diarahkan melalui pendekatan kesehatan. Sebagai awal dari pendekatan kesehatan
itu secara umum dikonsentrasikan melalui program KB dengan konsentrasi pada
kesehatan Ibu, reproduksi, gizi untuk ibu dan anak. Dengan awalan itu selanjutnya
disepakati beberapa tahapan yang harus ditempuh untuk membudayakan norma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Tahapan-tahapan pengembangan itu adalah tahap jangka pendek, tahap jangka
menengah dan tahap jangka panjang, yang dimulai dengan menghargai usaha-usaha
awal yang telah dilakukan sendiri oleh masyarakat secara tradisional. yang
dimulai dengan menghargai usaha-usaha awal yang telah dilakukan sendiri oleh
masyarakat secara tradisional.
- Tahap Awal:
Pendekatan oleh masyarakat sendiri secara tradisional dan kesehatan tradisional - Program Jangka Pendek -5 – 10 tahun:
Pendekatan Kesehatan yang lebih modern
Pendekatan Pembangunan dengan pembinaan terpadu dari tingkat pusat
Pendekatan Terpadu dengan tanggung jawab bersama berbagai instansi lainnya - Program dangka Menengah – 10 – 25 tahun:
Pendekatan Pembangunan Desa Terpadu
Pendekatan Kemasyarakatan Terpadu - Program Jangka Panjang – 25 tahun
keatas:
Pembangunan Keluarga Sejahtera
10. KRITERIA
KESEJAHTERAAN KELUARGA DI INDONESIA
a.
Kriteria dan
tahapan kesejahteraan keluarga di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Keluarga prasejahtera
Keluarga-keluarga yang
belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan
pengajaran, agama, sandang, pangan, dan kesehatan. Keluarga prasejahtera belum
dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera harapan.
2) Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga-keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan akan
pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3) Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga-keluarga yang
disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapatmemenuhi seluruh
kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
4) Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga-keluarga yang
telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan
kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal
terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk
materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta
secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan
sosial, keagamaan, kesenian, olah raga dan pendidikan.
5) Keluarga sejahtera tahap IV
Keluarga-keluarga yang
telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan
yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
b.
Indikator
keluarga sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga prasejahtera
belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera
harapan.
2. Keluarga sejahtera tahap I
a. Melaksanakan
ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.
b. Makan
dua kali sehari atau lebih.
c. Pakaian
yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d. Rumah
sebagian lantai bukan tanah.
e. Kesehatan
(bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana/ petugas kesehatan).
3. Keluarga sejahtera tahap II
Bila keluarga sudah
mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I dan sudah mampu
melaksanakan indikator sebagai berikut :
a. Anggota
keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut
masing-masing.
b. Makan
daging/ ikan/ telur sebagai lauk pauk minimal satu kali dalam seminggu.
c. Memperoleh
pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
d. Luas
lantai tiap penghuni rumah 8 meter.
e. Anggota
keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, sehingga dapat melaksanakan peran dan
fungsinya masing-masing.
f. Minimal
satu anggota keluarga 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan yang tetap.
g. Bisa
baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun.
h. Anak
usia sekolah (7 – 10 tahun) bersekolah.
i. Anak
hidup dua atau lebih, keluarga yang masih dalam masa pasangan usia subur saat
ini memakai alat kontrasepsi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Bila keluarga sudah
mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap II serta sudah mampu
melaksanakan indikator sebagai berikut :
a.
Upaya keluarga untuk meningkatkan dan menambah
pengetahuan agama.
b.
Keluarga mempunyai tabungan.
c.
Makan bersama minimal sekali sehari.
d.
Ikut serta sehari.
e.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
f.
Rekreasi bersama minimal 6 bulan sekali.
g.
Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dll.
h.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
5. Keluarga sejahtera tahap IV
Bila keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan pada keluarga sejahtera tahap I, tahap II, tahap III,
dan sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut:
a. Memberikan
sumbangan secara teratur dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
b. Aktif
sebagai pengurus dalam kegiatan kemasyarakatan atau yayasan sosial.
11. PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
saran/penyalur.
1. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai
individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah
untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
a.
Tujuan umum :
Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan keluarganya.
b.
Tujuan khusus :
1) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh
keluarga
2) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam
keluarga
3) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan para anggotanya
4) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
5)
Meningkatkan produktivitas keluarga dalam
meningkatkan mutu hidupnya
3. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat
mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas
dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman
(1981) :
a.
Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga
b.
Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya
yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga
dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
4. Peran Perawat Keluarga :
1. Pendidik
Perawat perlu
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga
dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung
jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan
pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai.
Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang
bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit
bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan
harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga
yang sakit
4. Pengawas
kesehatan
Sebagai
pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah
yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga
5. Konsultan
Perawat
sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga
harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat
komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu
keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar
dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu
kasus
Mengidentifikasi
masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi
lingkungan
Perawat
komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
5. Prinsip-prinsip
Perawatan Keluarga :
- Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
- Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
- Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga
- Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
- Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
- Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
- Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
- Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
- Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
- Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
6. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
a.
Faktor fisik
Ross,
Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif
antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan tersebut antara
lain : seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan
kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan
bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur
begitu sebaliknya dengan istri.
b.
Faktor psikis
Terbentuknya
keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena
saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan
merasa tentram dan terarah setelah beristri, begitupun sebaliknya. Berdasarkan
riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding dengan suami,
hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah
bersuami.
c.
Faktor sosial
Status
sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah
keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat
pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya
pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan,
jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.
Status
sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi
kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan
dasarnya.
d.
Faktor budaya
Faktor
budaya terdiri dari:
1)
Keyakinan dan praktek kesehatan
2)
Nilai-nilai keluarga
3)
Peran dan pola komunikasi keluarga
4)
Koping keluarga
C.
MASYARAKAT
Masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat
istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan,
norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial
dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.
Masyarakat adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat ilmiah, dan
lain-lain. Dalam bahas Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata
latin socius, yang berarti “kawan” istilah masyarakat itu sendiri berasal dari
akar kata Arab yaitu Syaraka yang berarti “ ikut serta, berpartisipasi”.
Peter L Berger, seorang ahlisosiologi memberikan definisi masyarakat
sebagai beriktu : “ masyarakat merupakan suatu keseluruhan komplkes hubungan
manusia yang luas sifatnya.”. Koentjaraningrat dalam tulisannya menyatakan
bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia atau kesatuan hidup manusiayang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam psikologi
sosial masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan
hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan
keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masing-masing.Menilikkenyataan dilapangan, suatu masyarakat bias berupa suatu
suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama
untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan mengapa
individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan
bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial.
Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu
interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan
kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang
dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan
peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri.
Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan
sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian
sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya
bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng
dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa
apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen
di dalam tubuh masyarakat selalu berubah di mana cakupannya bisa bersifat mikro
maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan,
yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas.
Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud
kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian
tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup.
Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses
belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan
menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern):
a.
Masyarakat
sederhana
Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja
cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin, nampaknya berpngkal tolak dari kelemahan dan kemampuan fisik
antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan alam yang buaspada
saat itu. Kaum pria melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti berburu,
menangkap ikan di laut, menebang pohon, berladang dan berternak. Sedangkan kaum
wanita melakuakan pekerjaann yang ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga,
menyusui dan mengasuh anak-anak ,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam.
b.
Masyarakat
Maju
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal
dengan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Organisasi
kemasyarakatan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada
cakupan nasional, regional maupun internasional.
Ø TUJUAN DAN FUNGSI MASYARAKAT
a. Tujuan membangun masyarakat
1)
Untuk membangun rasa senasib dan sepenanggungan di
antara mereka, khususnya manusia Indonesia yang mewujudkan rasa persatuan.
2)
Agar tertanam rasa toleransi di antara mereka, seorang
hanya mempunyai arti bagaimana ia menjadi bagian dalam kelompok.
3)
Agar timbul kesadaran bahwa di antara mereka terdapat
saling ketergantungan yang berkaitan dengan kepedulian sosial.
4)
Salah satu keberartian seseorang adanya nilai-nilai
demokrasi yang tumbuh dan dimiliki sebagai sikap menghargai perasan dan
pendapat sesama yang pada gilirannya menciptakan suatu kesatuan sosial.
b. Fungsi Masyarakat
Masyarakat suatu tipe sistem sosial dapat dianalisis dari
empat fungsinya yang diperlukan yakni:
- Fungsi pemeliharaan pola, Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai suatu sistem sosial dengan subsistem kultural. Fungsi ini mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi masyarakat sambil menyediakan dasar dalam berprilaku menuju realitas yang tinggi.
- Fungsi interaksi, Fungsi ini mencakup koordinasi yang diperlukan antara unit-unit yang menjadi bagian dari suatu stem sosial. Khususnya yang berkaitang dengan kontribusi unit-unit pada organisasi dan fungsinya unit-unit terhadap keselurahan sistem.
- Fungsi untuk tujuan/pencapaian tujuan, fungsi ini mengatur hubungan antar masyarakat sebagai sistem sosial dengan subtansi kepribadian. Fungsi ini tercemin dalam penyusunan skala prioritas dari segala tujuan yang hendak dicapai dan menentukan bagaimana suatu sistem mobilitas sumber daya serta tenaga yang bersedia untuk mencapai tujuan tersebut.
- Fungsi adaptasi, menyangkut hubungan antara masyarakat dengan sistem sosial dengan subsistem organisasi tindakan dengan alam psiko-organik Secara umum fungsi ini menyangkut hubungan kemampuan masyarakat menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup.
Ø PERAN PERAWAT DALAM
KESEHATAN MASYARAKAT
Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan
terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri
dalam upaya kesehatannya masyarakat.
Menurut WHO Perkesmas merupakan lapangan perawatan khusus yang merupakan
gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyrakat secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaan kegiatan Perkesmas tujuan yang diharapkan adalah
meningkatnya kemandirian individu, keluarga, kelompok/masyarakat (rawan
kesehatan) untuk mengatasi masalah kesehatan/keperawatannya sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
1. Adapun yang menjadi sasaran program
Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang dapat terbagi menjadi;
- Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia (lansia), masalah mental/jiwa.
- Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.
- Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan
prioritasnya adalah keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin),
keluarga risiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia, menderita
penyakit).
2.
Bentuk
Kegiatan Perkesmas;
Adapun bentuk kegiatan
Perkesmas antara lain:
1) Asuhan
keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di poliklinik
Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling (pusling), posyandu,
pos kes desa.
a)
Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini
(sasaran prioritas)
b)
Penyuluhan kesehatan
c)
Tindakan Keperawatan (direct care)
d)
Konseling keperawatan
e)
Pengobatan (sesuai kewenangan)
f)
Rujukan pasien/masalah kesehatan
g)
Dokumentasi keperawatan
2) Kunjungan
rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana, bertujuan untuk pembinaan
keluarga rawan kesehatan.
Home visit
adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan
memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan kesehatan diberikan di tempat
tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan keluarganya sebagai subyek yang
ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan, pelayanan dikelola oleh
suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan
dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non
profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan.
D.
HUBUNGAN
ANTARA INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek
sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat
erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila
tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya
sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media
di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu,
individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk
mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia.
Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya
adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas
pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan
berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota
keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang
lebih luas. Di dalam masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah
dipelajari dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat
ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan.
Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte,
Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu
apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan
potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan
potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media
keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di
dalam lingkungan sosialnya,malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai
persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu
aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku
menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma
kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan
ketiga memengaruhi masyarakat. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Masyarakat
adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan
kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar
kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu
kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek
sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat
erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila
tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya
sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media
di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu,
individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk
mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA
- Wahyu, Ramdani, M.Ag.,M.Si. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Pustaka Setia. Bandung : 2007
- Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Refika Aditama. Bandung : 2004
- www.google.com. Pengertian masyarakat. Website: Universitas Guna Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar